Kamis, 11 Februari 2010

(Cerpen) Harga Sebuah Cinta

“ HARGA UNTUK SEBUAH CINTA “
Created By : Ricky Zakaria Fajri

Dino adalah seorang yang mahir dalam bermain basket, selain itu dia juga mempunyai wajah yang sangat tampan, dan tidak heran jika banyak perempuan yang menyukainya di sekolahnya. Namun Semenjak cedera 2 bulan yang lalu saat Dino memperkuat tim basket sekolahnya dalam kejuaraan basket se-provinsi, Dino masih belum bisa bergabung dengan tim basket sekolahnya, dia hanya bisa diam dan harus memulihkan cederanya untuk bisa kembali bergabung dalam tim basket sekolahnya.
Sore hari itu seperti biasanya Dino hanya melihat anggota tim basket sekolahnya berlatih saat sepulang sekolah, dia melihat tim basketnya berlatih dari koridor kelas. Suasana yang sepi saat sore hari sewaktu pulang sekolah, hanya terdengar suara – suara bola basket yang di pantulkan di lapangan basket dan sedikit teriakan – teriakan dari anak – anak yang berlatih basket.
Di sisi lain, Dino secara tidak sengaja melihat seorang gadis yang sangat cantik duduk di koridor seberang di mana Dino duduk. Gadis itu duduk dengan sambil menatap ke depan dengan tatapan yang kosong. Dan sambil memegang buku di tangannya.
Sebentar – sebentar Dino mengalihkan pandangannya kepada gadis yang duduk di seberang koridor itu dengan penuh rasa penasaran. Dan hingga saat Dino hendak pulang ke rumah dan ingin menghampirinya, gadis itu sudah pergi.
Dan saat keesokkan harinya saat sepulang sekolah, seperti biasanya tim basket sekolahnya berlatih untuk mengikuti kejuaraan Nasional yang akan di adakan 1 bulan lagi.
“No, gimana sama keadaan lo? Apa cedera lo udah sembuh?”. Tanya Fian yang juga merupakan rekan tim basket Dino di sekolah.
“belum ian, cedera gw waktu itu emang bener – bener parah banget, lo liat sendiri kan keadaan gw sekarang? Masih belum terlalu pulih”. Ucap Dino sambil menghelakan nafas.
“lalu, kapan lo bisa ikut gabung latihan sama tim lagi? Kejuaraan Nasional udah tinggal 1 bulan lagi”. Ujar Fian.
“engga’ tau deh, ngelihat kondisi gw sekarang...gw cuma bisa jalanin dulu aja, kalau emang saat nanti gw bisa ikut kejuaraan Nasional nanti, iya gw bakalan ikut”. Jawab Dino.
“ya udah, tapi kami semua tetep ngeharepin lo buat bisa cepet sembuh dan bisa gabung lagi sama kami di tim, lo kan kapten tim kami”. Ujar Fian sambil menepuk bahu Dino.
Tidak jauh dari tempat di mana mereka berdua sedang mengobrol, ada 4 orang wanita yang cantik yang menghampiri mereka. Mereka ber-4 ini juga meupakan sedikit dari gadis – gadis yang menyukai Dino di sekolahan.
“hai Dino...”. sapa salah seorang gadis itu dari kejauhan.
“nah, sekarang saatnya lo ngurusin selir – selir lo itu No...”. ujar Fian sambil meledek Dino dan berjalan meninggalkan Dino menuju lapangan basket.
“sialan lo ian”. Ujar Dino.
Saat Dino hendak berjalan menuju lapangan basket untuk melihat tim basket sekolahnya latihan, tidak sengaja Dino kembali melihat gadis yang kemarin di lihatnya. Dia kembali menempati tempat duduk yang kemarin dia tempati.
Di sepanjang Dino melihat tim Basketnya latihan, Dino kembali mencuri pandangannya untuk memperhatikan gadis itu. Gadis itu masih menatap ke arah depan dengan tatapan yang kosong sambil memegang sebuah buku di tangannya. Dino masih belum mempunyai keberanian untuk datang menghampiri gadis itu. Dia hanya bisa memandangi gadis itu dari kejauhan dengan rasa penasaran.
Dan saat pulang sekolah Dino kembali melihat gadis itu sudah pergi dari tempatnya. Seorang gadis yang sudah di lihatnya selama 2 hari ini benar – benar telah membuat Dino untuk mulai memikirkannya.
Dan di kelas pun Dino terus memikirkan gadis itu.
“woy, kenapa lo ngelamun No? Engga biasa – biasanya pagi – pagi gini lo ngelamun...atau lo lagi mikirin selir – selir lo itu ya?”. Ledek Fian sambil tertawa.
“dasar lo, selir yang mana?”. Tanya Dino sambil memukul bahu Fian.
“aww, yayang genit deh mukul – mukul aku”. Goda Fian sambil mencubit perut Dino.
“apaan sih lo banci, mendingan gw engga’ kawin seumur hidup dari pada nemu cewek kayak lo”. Ledek Dino.
“yang begini ini special lho mas? Dasar deh mas ah...cowok jadi – jadian, engga’ suka sama yang merk begini”. Sindir Fian lagi.
“biarin...daripada yang kayak lo gini...cewek engga’ jadi – jadi”. Ledek balik Dino.
Lalu Dengan rasa yang masih sangat penasaran, Dino sengaja kembali ke lapangan basket untuk melihat gadis itu lagi. Dan akhirnya gadis itu sudah ada di tempat di mana biasa dia duduk selama 2 hari kemarin. Dan saat ini Dino memutuskan untuk menghampiri gadis tersebut.
“hai, boleh aku gabung duduk di sebelah kamu? Aku pengen ngeliat tim basket sekolahku latihan buat kejuaraan Nasional 1 bulan lagi”. Sapa Dino pada gadis itu.
Namun gadis itu hanya duduk terdiam dan tetap melamun. Dan tidak lama kemudian, gadis itu pun tersenyum manis terhadap Dino sambil mengangguk pelan.
“thank’s ya...nama kamu siapa?”. Tanya Dino pada gadis yang ada di sampingnya itu.
“Kia”. Jawabnya dengan sangat singkat.
“oh, nama yang bagus...sama seperti orangnya yang cantik”. Puji Dino.
Namun lagi – lagi gadis itu hanya bisa tersenyum sambil menatap ke arah depan.
“kamu kenapa kok setiap aku perhatikan selalu saja diam dan melamun? Teman – teman kamu kemana?”. Tanya Dino.
“aku lebih suka sendiri”. Jawab Kia singkat.
“lalu itu buku apa yang ada di tangan kamu?”. Tanya Dino.
Lagi – lagi Kia hanya terdiam dan terkadang sesekali menundukan kepalanya ke bawah.
“mmm...atau pertanyaan aku barusan membuat kamu tersinggung ya? Kalau begitu aku minta maaf banget ya sama kamu”. Ujar Dino.
“ini adalah buku Diary milikku, aku ingin memberikannya pada seseorang yang sangat spesial buatku, tapi sayangnya waktuku tidak banyak”. Jawab Kia kemudian.
“kenapa buku Diary punya kamu ingin kamu berikan pada seseorang? Itu kan seharusnya menjadi privasi kamu?”. Tanya Dino lagi.
“aku ingin dia mengetahui suatu hal yang tidak bisa aku ungkapkan”. Jelas Kia dengan singkat lagi.
“orang itu benar – benar berarti banget ya buat kamu?”. Tanya Dino untuk yang kesekian kalinya
Kia hanya menjawab pertanyaan itu lagi – lagi hanya dengan senyumannya yang sangat manis.
Dan tidak lama setelah itu, tiba – tiba saja Kia beranjak dari duduknya dan perlahan – lahan pergi meninggalkan Dino.
“hei Kia, kamu mau kemana?”. Tanya Dino yang juga sambil berdiri dari duduknya.
“aku ingin pulang”. Jawab Kia yang sambil terus berjalan meninggalkan Dino.
“gimana kalau aku antar kamu pulang?”. Ajak Dino.
Namun Kia seperti yang tidak menghiraukan pertanyaan yang di ajukan oleh Dino, Kia tetap berjalan pergi meninggalkan Dino.
Benar – benar hari yang menyenangkan bagi Dino. Di mana akhirnya Dia bisa mengenal gadis yang selama ini selalu membuatnya penasaran. Di rumahpun Dino masih tetap memikirkan Kia.
“kenapa gw selalu mikirin Kia ya? Apa bener gw udah mulai suka sama Dia? Tapi engga’ biasanya banget gw gampang suka sama cewek, apalagi gw kan baru kenal Kia tadi”. Gumam Dino sendiri.
Keesokan harinya saat hari libur, Dino berniat untuk berjalan – jalan ke taman yang berada tidak jauh dari rumahnya untuk melatih kekuatan pada kakinya supaya bisa cepat sembuh.
Setelah sampai di taman, dari kejauhan Dino melihat seorang gadis yang rasanya mungkin sudah tidak asing lagi bagi dirinya. Dan saat dia mendekati gadis itu, ternyata gadis itu adalah Kia. Dia sedang asik bermain lempar bola dengan seorang anak kecil.
“hai Kia, sedang apa kamu di sini?”. Tanya Dino sambil menghampiri Kia.
“oh, hai...”. sahut Kia singkat sambil menoleh ke arah Dino.
“adik, kamu main dulu sama teman – teman kamu di sana ya? Nanti lain kali kalau ada waktu, kita main sama – sama lagi ya?”. Ucap Kia pada anak itu sambil mengusap – usap rambut anak kecil itu.
Lalu Kia pun duduk menghampiri Dino di tempat duduk yang ada di dekatnya.
“sepertinya hari ini kamu kelihatan ceria banget, beda dengan sebelum – sebelumnya yang aku lihat kamu selalu terlihat sedih”. Ucap Dino sambil menatap Kia.
“aku memang selalu ceria jika selalu ada di antara anak – anak kecil itu”. Jelas Kia.
“oia, kamu suka sama olahraga basket? Aku lihat tadi kamu lempar – lemparan bola basket dengan anak itu”. Tanya Dino lagi.
“aku memang suka dengan basket, tapi aku tidak begitu mahir seperti kamu jika untuk memainkannya”. Jawab Kia
“kok kamu tau aku suka dengan basket?”. Tanya Dino penasaran.
“aku memang sering memperhatikan tim basket kamu latihan”. Jawabnya lagi.
“tapi aku tidak pernah lihat kamu kalau tim ku sedang latihan, hanya 3 hari kemarin saja aku baru lihat kamu”. Ujar Dino pada Kia.
“ya jelas kamu engga’ akan lihat aku, kamu kan selalu fokus kalau udah main basket”. Sahut Kia.
“hehehe...aku memang Selalu menikmati jika bermain basket”. Jelas Dino.
Sedang asik – asiknya mengobrol, tiba – tiba Kia mengajak Dino pergi ke suatu tempat.
“No, aku pengen ajak kamu ke suatu tempat”. Ajak Kia.
Belum sempat Dino berbicara, Kia sudah menarik tangan Dino terlebih dahulu dan menuntun Dino ke tempat di mana Kia akan mengajaknya.
Dan setelah sampai di tempat yang di maksud oleh Kia, Dino benar – benar sangat menikmati pemandangan yang ada di sana. Kia mengajak Dino pergi ke bukit di mana itu adalah tempat favorite Kia. Dan mereka berdua duduk di bawah pohon yang sangat besar sambil menikmati pemandangan yang ada di depan mereka.
“pemandangannya bener – bener indah banget, makasih ya Kia kamu udah mau ngajak aku ke tempat ini?”. Ucap Dino sambil tersenyum pada Kia.
“tempat ini memang tempat yang paling aku suka, saat aku sedih, senang aku selalu ke tempat ini untuk menumpahkan semua isi hati ku dalam Diary ini dan hanya kupu – kupu inilah yang selalu ada menemani aku”. Ucap Kia sambil melihat pemandangan di depannya dan tersenyum kecil.
“kalau aku boleh bertanya sesuatu, kenapa kamu selalu mebawa buku Diary kamu itu?”. Tanya Dino sedikit penasaran.
“hanya untuk sekedar menenangkan hatiku...Diary ini adalah aku yang nyata...aku hanya bisa menulis dalam Diary ini apa yang seharusnya aku lakukan”. Jawab Kia.
“kenapa kamu begitu? Apa kamu tidak berani untuk menjadi dirimu sendiri?”. Tanya Dino lagi.
“aku hanya belum siap dengan apa yang seharusnya aku lakukan”. Jawab Kia pelan.
“Kia, jadilah diri kamu sendiri yang akan menemukan kebahagiaanmu hanya dari hatimu...bukan dari khayalanmu itu, hatimu yang akan berkata dan benar – benar merasakan semua kebahagiaanmu itu, apakah kamu bahagia dengan apa yang kamu lakukan iu?”. Sahut Dino lagi.
“entahlah, lagi pula sudah terlambat bagi aku untuk merasakan semuanya”. Jelas Kia singkat.
“coba No kamu lihat kupu – kupu itu, mereka semua bebas menjalani kehidupannya, terbang kesana kemari sesuka hati mereka dan keindahan dari mereka yang selalu membuat orang akan merasa tersenyum bahagia bila melihatnya”. Ucap Kia sambil berdiri melihat kupu – kupu yang sedang beterbangan di antara mereka berdua.
“kadang aku pun merasa ingin seperti kupu – kupu ini”. Tambah Kia sambil melihat ke arah kupu – kupu yang hinggap di tangannya.
“kamu bisa kok jika kamu ingin seperti kupu – kupu itu”. Sahut Dino.
Dan Kia hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Dino sambil tetap tersenyum melihat kupu – kupu yang hinggap di tangannya.
Dan tidak terasa hari sudah sangat sore, mereka berdua pun segera pulang ke rumah mereka masing – masing dengan Kia menuntun Dino untuk berjalan, karena cedera yang di deritanya masih belum sembuh.
“terima kasih ya Kia atas semua hari ini, kamu udah memberi sesuatu yang beda untuk diriku”. Ucap Dino sebelum mereka berpisah di jalan dan pulang ke rumah mereka masing – masing.
“iya”. Jawab Kia dengan sangat singkat.
Kini hari hari Dino selalu di isi dengan Kia yang selalu hadir menemaninya dan memberikannya support untuk kesembuhan kakinya. Dino merasakan sesuatu yang berbeda apabila Dia sedang berada dengan Kia, kelembutan hatinya, ketenangan sifatnya dan senyumannya yang sangat manis yang selalu membuat Dino merasa sangat nyaman apabila selalu ada di dekatnya.
Dan 1 minggu telah berlalu, akhirnya kaki Dino sembuh dengan cepat karena selalu di rawat oleh Kia, dan Dino pun kembali bisa berlatih basket untuk memperkuat timnya pada kejuaraan Nasional yang di selenggarakan 2 minggu lagi.
Saat Dino sepulang berlatih basket yang di temani oleh Kia di sekolahnya, Dino mengajak Kia ke taman saat Dino secara tidak sengaja bertemu dengan Kia.
“Kia, makasih banget ya, selama ini kamu udah selalu support aku dan selalu ada untuk aku, hingga aku dapat kembali berlatih basket”. Ujar Dino sambil tersenyum ke arahnya.
“aku hanya melakukan apa yang ingin aku lakukan dan aku minta kamu menangin kejuaraan nasional nanti buat aku ya?”. Sahut Kia.
“aku senang banget tadi sewaktu melihat kamu bisa kembali menikmati saat bermain basket”. Ucap Kia.
“dari dulu aku ingin sekali bisa bermain basket”. Tambah Kia.
“pasti, aku akan menangin kejuaraan itu buat kamu...kalau begitu, bagaimana kalau aku ajarin kamu main basket?”. Tanya Dino.
“bener? Wah boleh banget tuh”. Jawab Kia dengan sangat senang.
Dino merasa sangat senang karena melihat Kia yang begitu ceria. Dan mereka berlatih basket dengan penuh canda tawa. Dan akhirnya waktupun sudah menunjukan pukul 5 sore, dan mereka menyudahi bermain basket dan segera pulang karena hari sudah mulai gelap.
“aku antar kamu pulang ya Kia?”. Pinta Dino.
“engga’ usah No, aku...”.
“sssttt...kali ini kamu engga’ boleh nolak penawaran aku, anggap saja ini sebagai balas budi aku karena selama ini kamu selalu ada buat aku”. Ucap Dino sambil menempelkan telunjuk jarinya pada bibir Kia.
Dan akhirnya Kia menerima penawaran Dino untuk mengantarkannya pulang ke rumah. Dan sampailah mereka di rumah Kia.
“aku antar sampai ke depan pintu rumah kamu ya?”. Pinta Dino.
“untuk kali ini jangan ya No, mungkin lain kali saja, makasih banyak ya No untuk hari ini, baru kali ini aku benar – benar merasakan bahagia”. Ucap Kia.
Lalu sebelum Kia masuk menuju rumahnya, Kia memberi 1 ciuman pada kening Dino, lalu Kia pun masuk ke dalam rumahnya.
Saat Dino sampai ke rumahnya, dino menemukan Buku Diary milik Kia yang tidak sengaja terbuka di dalam mobilnya. Lalu Dino pun membaca buku Diary itu.

Dear Diary,
Entah sampai kapan aku harus melakukan hal seperti ini, hanya bisa memandangnya tanpa bisa mengungkapkan hal yang sebenarnya ada di dalam isi hatiku, aku selalu hanya bisa mengaguminya dari diamku...dan andai saja aku mempunyai banyak waktu untuk memberanikan diriku mengungkapkan isi hatiku, aku akan selalu ada di sampinya, dan aku akan membuat dirinya bahagia...
Malam ini, aku masih bertahan untuk cintaku...melawan semua rasa sakit yang ada di seluruh tubuhku,
Biarkanlah waktu yang akan menyampaikan semua perasaan ini, aku yakin...cinta itu tidak meminta...namun cinta itu akan senantiasa memberi
Aku tidak akan berhenti sampai di sini, ....................untuk cintaku.........
Dino, andai saja kamu tau tentang apa yang ada di dalam isi hatiku...

Kia

Setelah mengetahui hal itu, keesokkkan harinya Dino pergi ke rumah Kia untuk mengembalikan Diary miliknya.
“permisi, apa Kia ada di rumah?”. Tanya Dino pada seorang gadis yang ada di depannya.
“kak Kia? Ada urusan apa kakak mencari kak Kia? Silahkan masuk dulu kak”. Ujar gadis itu sambil mempersilahkan Dino masuk.
“kakak Cuma ingin mengembalikan buku Diary milik kakak kamu yang tertinggal kemarin di mobil kakak”. Ucap dino.
“apa? Itu engga’ mungkin kak, bagaimana bisa kakak bisa bertemu dengan kakak?”. Tanya gadis itu dengan penuh keheranan.
“lho, memangnya kenapa? Kakak bertemu Kia sudah sekitar 2 minggu yang lalu, memanghya ada apa dik?”. Tanya dino yang juga merasa penasaran.
“kak Kia sudah meninggal 1 bulan yang lalu, kakak meninggal karena penyakit kanker otaknya yang sudah stadium akhir, kakak di temukan meninggal di bukit sambil memeluk Diary itu”. Jelas Adiknya sambil menangis.
“apa? Itu engga’ mungkin kan? Bagaimana bisa terjadi?”. Tanya Dino sambil menahan air matanya.
“kakak memang selalu menolak untuk di lakukan operasi, entah dengan alasan apa dia selalu menolak...hanya buku Diary itu yang selalu menemani di saat terakhir kakak”. Jelas adiknya lagi.
Akhirnya air mata Dino sudah tidak sanggup lagi di tahannya, dia begitu shock setelah mengetahui bahwa sebenarnya Kia telah meninggal. Dan saat itu pula adiknya mengajak Dino untuk pergi ke makam kakaknya.
“Kia, kenapa kamu pergi gitu aja ninggalin aku? Kenapa kamu pergi disaat aku mulai sayang sama kamu? Aku akan simpan baik – baik Diary milikmu ini, karena hanya inilah satu – satunya yang aku punya dari dirimu”. Ucap Dino sambil menangis di depan makam Kia.
Mulai saat itu, Dino menjadi seorang yang pendiam, dia masih terpukul dengan kepergian Kia.
“saat ini, keinginanmu telah terwujud, kini seseorang yang spesial di hatimu telah mengetahui apa yang tidak bisa kamu ungkapkan”. Ucap Dino.
Waktu terus berjalan hingga akhirnya kejuaraan Nasionalpun berlangsung. Dan akhirnya Dino memenangkan kejuaraan Nosional itu dan terpilih menjadi pemain terbaik tingkat nasional.
“Kia, saat ini aku telah menepati janjiku untukmu, aku telah memenangkan kejuaraan basket ini untukmu”. Ucap Dino di depan makam Kia.
“aku sayang kamu”. Tambah Dino sambil menangis dan mencium batu nisan milik kia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar